pengamat

Kamis, 01 Maret 2012

MEMAHAMI KOMUNIKASI

BAB 1 

PEMAHAMAN KONSEPTUAL :
PENDEKATAN DAN PENGERTIAN, KERANGKA ANALISIS DAN TEORI









A.PENGERTIAN KOMUNIKASI, KOMPONEN DAN TUJUAN KOMUNIKASI
1.  Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa.



 
 2. Komponen Komunikasi

a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:
1.       Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.
2.  Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
3.  Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.
b. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
c.  Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

e. Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
f.  Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
g. Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
h. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.

Macam
Definsi
Contoh
Fisik
Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain
Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata
Psikollogis
Interferensi kognitif atau mental
Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit
Semantik
Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan
Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.
i.  Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.
 
j.  Etik dan Kebebasan Memilih
Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.
Seringkali kita         dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.
Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.
  1. Tujuan Komunikasi
  1. Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).

a. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal."
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari  media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b. Untuk berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan  memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c.  Untuk meyakinkan
Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.
d. Untuk bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini  merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.
B. PENDEKATAN / ALIRAN KEILMUAN

Menurut Littlejohan (1996) dalam bukunya ”Theories of Human  Communcation ”, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam tiga (3) kelompok atau aliran pendekatan. Ketiga kelompok tersebut adalah pendekatan scientific (ilmiah-empiris), pendekatan humanitic (humaniora interpretif), serta pendekatan social science (ilmu-ilmu sosial )
1)  Pendekatan Scientific ( ilmiah empiris )
Pendekatan scinetific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika dan lain-lain. Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Objektivitas yang dimaksud adalah objektivitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya dalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan stuktur. Secara individual para peneliti boleh jadi berbeda-beda pandangannya satu sama lain tentang bagaimana rupa atau macam dari bentuk dan stuktur tersebut. Namun apabila para peneliti melakukan penelitian terhadap suatu fenomena dengan menggunakan metode yang sama maka akan dihasilkan temuan yang sama. Inilah hakekat objektivitas dalam kotneks standarisasi observasi dan konsistensi
Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas antara ”known” objek atau hal yang ingin diteliti) dan ”knower” (subyek pelaku atau pengamat). Salah satu metode penelitian yang lazim dilakukan adalah metode ”eksperimen”. Melalui metode ini, si peneliti secara sengaja melakukan suatu percobaan terhadap objek yang ditelitinya. Tujuan penelitian lazimnya diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab aibat di antara dua variabel atau lebih, dengan mengontrol pengaruh dari variabel lainnya. Prosedur yang umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan suatu perlakuan khusus kepada objek yang diteliti serta meneliti dampak atau pengaruhnya. Sebagai contoh: lima ekor tikus diberi suntikan X, sementara tikus lainnya (yang mempunyai ciri yang sama) tidak, setelah kurun waktu tertentu (misalnya setelah 1 bulan, 2 bulan atau 3 bulan, dan seterusnya ) dibandingkan ada tidaknya perbedaan diantara kedua kelompok lima ekor tikus tersebut. Kalau ternyata ada perbedaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena pengaruh dari suntikan X tersebut.
2)  Pendekatan humanistic ( humaniora-interpretatif)
Apabila  aliran scientific mengutmakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasosiasikan illmu dengan prinsip subjectivitas.perbedaan-perbedaan pokok antara pendekatan humanistic dan scientifik dapat kita lihat pada bagan berikut


no
Pandangan tentang
Scientific
Humanistic
1
manusia
Manusia dianggap pasif. Tidak ubahnya dengan benda-benda yang ada di alam ini
Manusia aktif dan penuh dengan kreativitas
2
Tujuan ilmu
Untuk menstandarisasikan observasi
Mengutamakan kreativitas individual
3
Ilmu pengetahuan
Sesuatu yang berada di luar diri pengamat/peneliti
Sesuatu yang berada didalam diri (pemikiran, interpretasi) pengamat / peneliti
4
Fokus perhatian
Dunia hasil penemuan
Dunia para penemunya
5
Hubungan known dan knower
Pemisahan yang tegas
Cenderung tidak memisahkan
6
Upaya perolehan
Konsensus
Mengutamakan interpretasi-interpretasi alternatif
Dalam konteks ilmu-ilmu sosial, salah satu bentuk metode penelitian yang lazim dipergunakan adalah ”partisipasi observasi”, melalui metode ini, si peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan orang-orang yang ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di rumah ornag-orang tersebut, seerta ikut serta dalam aktivitas sehari-hari mereka dalam kurun waktu tertentu (1 minggu, 1 bulan dan seterusnya). Interpretasi atas sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, tidak hanya didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara atau tanya jawab dengan orang-orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar pengamatan langsung dan pengalaman berinteraksi dengan mereka
Pandangan klasik dari aliran humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraiannya tentang hal tersebut. Karena sifatnya yang subyektif dan interpretatif,maka pendekatan aliran humanistic ini lazimnya cocok diterapkan untuk mengkaji persoalan-persoalan yang menyangkut sistem nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.

3)  Pendekatan Social Science (ilmu-ilmu sosial )
Pendekatan yang diterapkan para pendukukng kelompok aliran ini pada dasarnya merupakan gabungan atau kombinasi dari pendekatan-pendekatan scientific dan humanistic. Dalam hal, pendekatan ilmu sosial merupakan perpanjangan dari pendekatan ilmu alam, karena beberapa metode yang diterapkan banyak diantaranya yang diambil dari ilmu alam, karena metode yang diterapkan banyak diantaranya ygn diambil dari ilmu alam. Namun dalam perkembangan selanjutnya  metode-metode pendekatan aliran humanistik juga diterapkan dalam konteks ilmu-ilmu sosial , salah satu bentuk metode penelitian yang lazim dipergunakan yang diambil dari pendekatan scientiic adalah mempergunakan statistik sebagai alat analisis data. Sedangkan yang diambil dalam pendekatan humnistik adalah partisipasi obeservasi. Melalui metode ini, si peneliti  dalam mengambil sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan orang-orang yang ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di rumah orang tersebut, serta ikut dalam aktivitas sehari-hari orang yang ditetlitinya, tidak hanya didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan orang-orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar pengamatan langsung dan pengalaman interaksi dengan mereka.
Dipergunakannya dua pendekatan ”scientific ” dan :humanistic” yang masing-masing berbeda prinsip ini, adalah karena yang menjadi onjek studi dalam ilmu pengetahuan sosial adalah kehidupan manusia. Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat. Untuk ini jelas bahwa pengamatan harus dilakukan seobyektif mungkin agar hasilnya dapat berlaku umum umum tidak bersifat khusus. Dengan kata lain, para ahli ilmu sosial sepeti halnya ahli ilmu alam harus mampu mencapai kesepakatan atau konsensus mengenai hasil temua ”relatif” dalam  arti dibatasi oleh faktor-faktor waktu, situasi dan kondisi tertentu. Disamping faktor objektivitas, ilmu pengetahuan sosial juga mengutamakan faktor  penejelasan dan interpretasi. Hal ini disebabkan oleh manusia yang jadi objek pengamatan adalah mahluk yang aktif, memiliki daya pikir, berpengetahuan, memegang prinsip dan nilai-nilai tertentu, serta sikap tindakannya dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itulah maka interpretasi subyektif terhadap kondisi-kondisi spesifik tingkah laku manusia yang menjadi obyek pengamatan juga diperlukan guna menangkap makna dari tingkah laku tersebut
Interpretasi dan penjelasan juga diperlukan karena meskipun berdasarkan ciri-ciri biologis, sosial, atau ciri-ciri lainnya manusia dapat dibagi dalam beberapa katagori-katagori tertentu, tidak berarti bahwa masing-masing baik secara individual maupun kelompok akan mempunyai persamaan dalam hal sikap dan perilakunya. Misalnya 3 orang ( si A, si B dan si C ) semuanya memiliki beberapa karakteristik individual yang sama yakni semuanya wanita, semuanya bekerja sebagai guru SD dan semuanya berpendidikan tamtan sarjana. Namun demikian orang tersebut boleh jadi masing-masing akan mempunyai perbedaan  satu sama lainnya mengenai sikap dan perilakunya tentang sesuatu hal.
Bidang kajian imu komunikasi sebagai salah satu ilmu pengetahuan sosial, pada dasarnya difokuskan pada pemahaman tentang bagaimana tingkah laku manusa dalam menciptakan, mempertukarkan dan menginterpretasikan pesan-pesan untuk tujuan tertentu. Namun dengan adanya dua pendekatan yang diterapkan, muncul dua kelompok  masyarakat ilmuwan komunikasi yang berbeda baik dalam spesifikasi objek permasalahan yang diamatinya, maupun dalam hal aspek  metodologis serta teori-teori  dan model-model yang dihasilkannya. Kalangan ilmuwan komunikasi yang mendalami bidang studi speech commnication (komunikasi ujaran) umumnya banyak menerapkan metode aliran pendekatan humanistic. Teori-teori yang dihasilkannya pun lazimnya disebut teori retorika. Sementara para ahli ilmu komukasi  yang meneliti bidang – bidang stui lainnya seperti ilmu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan lain-lain, umumnya banyak menerapkan metode pendekatan scientifik. Teori-teori yang dihasilkannya biasanya disebut teori komunikasi (communication theory), namun demikian, pengelompokan semacam ini sekarang tidak jelas lagi. Karena dalam prakteknya, kalangan ilmuwan yang mendalami bidang kajian komunikasi ujaran sering pula menerapkan pendekatan scientific, sementara itu pendekatan-pendekatan humanistic juga banyak diterapkan dalam penelitian tentang masalah-masalah komunikasi antarpribadi, komuniikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan lain-lain
C. PENGERTIAN TENTANG ILMU DAN TEORI DALAM KOMUNIKASI

      Terdapat banyak definisi tentang ilmu yang dirumuskan oleh para ahli. Masing-masing mempunyai penekanan arti yang berbeda satu dengan lainnya. Beberapa definisi tentang ilmu antar lain :
     ” ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu  menurut kaidah-kaidah umum ” ( Nasir, 1989 )
     ” konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal: adanya rasionalisme, dapat digeneralisasi, dan dapat disistematisasi ( Shaphere, 1974 )
     ” pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subyektif, dan konsistenti dengan realitas sosial ( Alfred Schutzm 1962 )
     ” Ilmu tidak hanya merupakan suatu pengetahuan yang terhimpun secara sistematik, tetapi juga merupakan metodelogi” ( Tan, 1964 )
     Dari keempat definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal, baik yang menyangkut alat (natural) atau sosial ( kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Pengertian ilmu dalam dunia ilmiah menuntut tiga ciri, pertama, ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika, kedua, ilmu harus terorganisasi secara sistematik. Ketiga ilmu harus berlaku umum.
1)  Pengertian Ilmu Komunikasi
Pengertian mengenai ilmu komunikasi pada dasarnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pengertian ilmu secara umum. Hanya saja objek perhatiannya  difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antar manusia. Salah satu definisi yang cukup jelas mengenai ilmu komunikasi diberikan oleh Berger dan Chaffe dalam bukunya handbook of Communication Science 1987. Menurutnya, Ilmu komunikasi adalah ”suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang”.
Pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan oleh ”Beerger dan Chaffe memberikan 3 (tiga) pokok pikiran, pertama objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia. Kedua, ilmu komunikasi bersifat ilmiah empiris dalam arti pokok-pokok pokiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori) harus yang berlaku umum. Ketiga, ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan, fenomena sosial yang berkatian dengan produks, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.
Ilmu komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan.

2)  Pengertian Teori dalam Komunikasi
Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai berikut :
·         Teori adalah abstraksi dari realitas
·         Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis
·         Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar yang berkaitan
·         Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi-generalisasi yang diterima/terbukti secara empiris
Pada dasarnya teori merupakan ”konseptualisasi” atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena. Teori memiliki dua ciri umum, pertama semua teori adalah ”abstraksi” tentang suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas. Teori teentang radio kemungkinan besar tidak dapat dipergunakan untuk menjelaskan hal-hal yang menyangkut televisi. Kedua, semua reori adalah konstruksi  ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif, dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek hal yang diamati, seerta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat dan lingkungan sekiratnya
Jadi secara sederhana dapat diartikan bahwa teori komunikasi pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Peristiwa yang dimaksud mencakup produksi, porses, dan pengaruh dari sistem-sisstem tanda dan lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia.

3)  Penjelasan dalam Teori
Penjelasan dalam teori tidak hanya menyangkut penyebutan nama dan pendefinisian variabel-variabel, tetapi juga mengidentifikasikan kebeeraturan hubungan di antara variabel. Menurut Littlejohn (1987), penjelasan dalam teori berdasarkan pada ”prinsip keperluan” yakni suatu penjelasan yang menerangkan variabel-variabel apa yang kemungkinan dieperlukan untuk menghasilkan sesuatu. Contoh : Untuk menghasilkan X, barangkali diperlukan adanya Y dan Z.
Selanjutnya, Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip kepeprluan ini ada tiga macam yaitu 1) causal necessity ( keperluan kasual ) 2) Practical necessity (keperluan praktis), dan 3) logical necessity ( keperluan logis). Keperluan kasual berdasarkan atas hubungan sebab-akibat. Umpamanya, karena ada Y dan Z maka terjadi X. Keperluan praktis menunjuk pada kondisi hubungan tindakan-konsekuensi. Kalua menurut prinsip keperluankausal X terjadi karena Y dan Z, maka menurut prinsip penjelasan keperluan ppraktis Y dan Z memang bertujuan untuk, atau praktis akan menghasilkan X. Prinsip yang keiga (prinsip keperluan logis) beerdasarkan pada azas konsistensi logis. Artinya Y dan Z secara konsisten dan logis akan selalu menghasilkan X.
Penjelasan dalam teori juga lebih lanjut dapat dibagi dalam dua katagori : Penjelasan yang memfokuskan pada orang/pelaku (person centered) dan penjelasan yang memfokuskan pada situasi (situation centered). Penjelasan yang memfokuskan pada orang/pelaku menunjuk pada faktor-faktor internal yang ada dalam diri seseorang (si pelaku). Semenetara penjelasan yang memfokuskan pada situasi menunjuk pad faktor-faktor yang ada di luar diri orang tersebut ( faktor eksternal )

4)  Sifat, Tujuan dan Fungsi Teori
Sifat dan tujuan teori, menurut Abraram Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yang sesuai  dengan ciri yang dimilikinya sendiri. Dengan demikian teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas maka keberlakuannya diragukan dan teori demikian tergolong teori semu.
Teori juga mempunyai fungsi. Menurut Littlejohn, fungsi teori adalah
·         Mengorganisasikan dan menyimpulkan
Ini berarti dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukan secara sepotong-sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Pengetahuan kita  tentang pola-pola dan hubungan-hubungan ini kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapatdipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.
·         Memfokuskan
Artinya hal-hal atau aspek-aspek dari suatu objek yang diamati harus jelas fokusnya. Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal,bukan banyak hal
·         Menjelaskan
Maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini tidak hanya berguna untuk memahami pola-pola hubungan hubungan, tetapi juga menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tertentu.
·         Mengamati
Fungsi ini menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan  petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Oleh karena itulah teori yang baik penting karena bisa dijadikan sebagai patokan untuk mengamati hal-hal rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori.
·         Membuat prediksi
Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namum berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalak kehodupan di masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian komunikasi terapan seperti peersuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, public relation, dan media massa
·         Heuristik
Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya-upaya apenelitian selanjutnya. Hal ini dapatterjadi apabila konsep-konsep dan penjelasan-penjelasan teori cukup jelas dan operasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya
·         Komunikasi
Menunjukkan bahwa teori sebenarnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-kritikan. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat dilakukan
·         Kontrol/mengawasi
Fungsi ini  bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi-asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia
·         Generatif
Fungsi ini terutama sekali menonjol di kalangan pendukung tradisi/aliran pendekatan interpretatif dan teori kritis. Menurut pandangan teori ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kulturasi, serta sarana untuk menciptakan pola dan car kehidupan yang baru.
5)  Pengembangan Teori
Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan ekperimental yang lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetic-deductive method ( metoda hipotetis-deduktif), proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut :
·         Developing questions (pengembangan pertanyaan )
·         Forming hypotheses ( membentuk hipotesis)
·         Testing the hyphotheses ( menguji hipotesis )
·         Formulating theory ( menformulasikan teori )
Ada beberapa patokan yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori antar lain :
·         Cakupan teoritis (theoritical scope ) yang menjadi permasalahan pokok disini adalah apakah suatu teori yang dibangun memiliki prinsip ”generality” atau keberlakuuan umum
·         Kesesuaian ( appropriateness ), yakni apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan-peertanyaan / permasalahan-permasalahan teoritis yang diteliti.
·         Heuristic. Yang dipertanyakan adalah apakah suatu teori yang diebntuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori-teori lainnya yang berkaitan
·         Validitas ( validity) atu konsistensi internal dan eksternal. Konsistensis internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan. Konsistensi eksternal mempertanyakan apakah teori yang dibentuk didukung oleh teori teori lainnya yang telah ada
·         Parsimony (kesederhanaan ). Inti pemikirannya adalah bahw teori yang baik adalah teori yang berisikan penjelasan-penjelasan yang sederhana.

D. KOMPONEN KONSEPTUAL DAN JENIS-JENIS TEORI KOMUNIKASI

      Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, definisi mengenagi komunikasi yang diberikan para ahli pun sangat beragam. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan,m dan konteksnya yang berbeda sat usama lainnya. Frank.E.X.Dance (1976) seorang sarjana Amerika yang menekuni bidang komunikasi, menginventarisasi 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Dari definisi-definisi ini ia menemukan adanya 15 (lema belas) komponen konseptual pokok antara lain :
1.   Simbol-simbol / verbal / ujaran
Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal (Hoben, 1954)
2.   Pengertian / pemahaman
Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku (Anderson, 1959)
3.   Interaksi / hubungan / proses sosial
Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi (Mead, 1963)
4.   Pengurangan rasa ketidakpastian
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, beertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego (Brandlund, 1964)
5.   Proses
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-laian (Berelson dan Steiner, 1964)
6.   Pengalihan/penyampaian/pertukaran
Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya. Kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa yang dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karena itu komunikasi juga menuntut adanya partisipasi (Ayer, 1955)
7.   Menghubungkan / menggabungkan
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya (Ruesch, 1957)
8.   Kebersamaan
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula dimiliki oleh sesorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode, 1959)
9.   Saluran/alat/jalur
Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran/order, dan lain-lain seperti telegraf, telepon, radio,, kurur, dan lain-lain (American Colledge Dictionary)
10.        Replikasi/memori
Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dengan tujuan mereplikasi memori (Cartier dan Harwood, 1953)
11.        Tanggapan diskriminatif
Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme terhadap suatu stimulus (Stevens, 1950)
12.        Stimuli
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima (Newcomb, 1966)
13.        Tujuan / kesengajaan
Komunikasi pada dasarnya, penyampaian yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak peneerima (Miller 1966)
14.        Waktu / situasi
Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan  struktur situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan (Sondel, 1956)
15.        Kekuasaan / kekuatan
Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan kekuatan/kekuasaan (Schacter, 1951)
          Kelimabelas komponen diatas merupakan kerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi. Komponen-komponen tersebut, baik secara tersendiri, secaa gabungan (kombinasi dari beberapa komponen) ataupun secara keseluruhan, dapat dijadikan sebagai fokus perhatian  dalam penelitian

E. JENIS-JENIS TEORI KOMUNIKASI

            Menurut Litlejohn (1989), berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatan, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam  dua kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok teori-teori umun (general theory) kelompok kedua adalah kelompok teori-teori kontekstual (contextual theories)
          Ada empat jenis teori yang diklasifikaasikan masuk ke dalam kelompok teori-teori umum yaitu
1.  Teori fungsional dan struktura
Ciri dua jenis teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan tentang beerfungsinya secara nyata stuktur yang berada di luar diri pengamat. Menurut pandangan ini, seorang pengamat adalah bagian dari stuktur. Oleh karena itu cara pandangnya juga akan dipengaruhi oleh struktur yang berada di luar dirinya
          Meskipun pendekatan fungsional dan struktural ini sering kali dikobinasikan, namun masing-masing mempunyai titik penekanan yang berbeda. Pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Pendekatan fungsionalime yang berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan an mempertahankan sistem. Apabila ditelaah kedua pendekatan ini sama-sama mempunyai penekanan yang sama yakni tentng sistem sebagai struktur yang berfungsi
          Kedua pendekatan ini mempunyai beberapa persamaan dan karakteristik sebagai berikut
a.    Baik pendekatan strukturalisme maupun pendekatan fungsionalisme, dua-duanya sama-sama lebih mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) daripada diachrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu.)
b.   Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannya pda akibat-akibat yang tidak diinginkan daripada hasil-hasil yang sesuai tujuan. Kalangan sturkturalis tidak mempercayai konsep-konsep subjectivitas dan kesadaran. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalah faktor-faktor yang berada di laur kontrol kesadaran manusia
c.    Kedua pendekatan sama-sama punya kepercayaan bahwa realitas itu pada dasarnya objectif dan independent (bebas). Oleh karena itu pengetahuan, menurut pandangan ini, dapat ditentukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat.
d.   Pendekatan sturkturalisme dan fungsionalime juga sama-sama bersifat dualistik, karena kedua-duanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, dunia ini hadir karena dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat untuk merepresentasikan apa yang telah ada
e.    Kedua pendekatan juga sama-sama memegang prinsip the correspondence theory of truth (teori kebenaran yang sesuai). Menurut teori ini bahasa harus sesuai dengan realitas.simbol-simbol harus merepresentasikan sesuatu secara akurat

2.  Teori-teori behavioral dan cognitive
Sebagaimana halnya dengan teori-teori stukturalis dan fungsional, teori-teori behavioral dan kognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Asumsinya tentang hakekat dan cara menemukan pengetahuan jgua sama dengan aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaan utama antara aliran behavioral dan kognitif  dengan aliran stukturalis dan fungsional hanyalah terletak padafokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori strukturalis dan fungsional yang berkembang dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut stuktur sosial dan budaya, semenara teori-teori behavioral dan kgonitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu pengatahuan behavioral lainnya, cenderung memusatkan pengamatan padasiri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalahssentang model ”S-R” (Stimulus  - respons) yang menggambarkan proses informasi antara ”stimulus (rangsangan) dan ”respon” (tanggapan)
Teori-teori Behavioral dan cognitif juga mengutamakan variabel analitic (analisis variabel). Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasikan variebl-variabel kognitif yang diangap penting serta mencari hubungan korelasi diantar variabel.  Anlisis ini juga menguraikan tentang cara-cara bagaimana varabel-variabel proses kognitif dan informasi menyebutkan atau menghasilkan informasi tertentu
Komunikasi menurut pandangan teori ini, dianggap sebagia manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir dan fungsi ”bio-neural” dari individu. Oleh karenanya, variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran orang tersebut.

3.  Teori-teori konvensional dan interaksional
Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol komunikasi.menurut teori ini, dianggap sebagai alat perekat masyarakat. Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan ”interaksionisme simbolis , sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagi kalangan pendukung teori-teori  ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi
Berbeda dengan teori-teori stukturalis yang memandang stuktur sosial sebagai penentu, teori-teori inteaksional dan konvensional melihat stuktur sosial sebagai produk dari interaksi. Fokus pengamatan teori-teori ini bukan terhadap stuktur, tetapi bagaimana bahasa dipergunakan untuk membentuk stuktur sosial, serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaanya. Makna menurut pandangan teori ini, tidak merupakan suatu kesatuan obyektif yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan oleh interaksi. Dengan kata lain, makna merupakan produk dari interaksi
Menurut teori-teori interaksinal dan konvensional, makna pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh karena itu, makna dapat berubah dari wakti ke waktu, dari koneksi ke koneksi,serta dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya. Dengan demikian sifat objektivitas dari makna adalah relatif dan temporer

4.  Teori-teori kritis dan interaktif
Gagasan-gagasan teori ini banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretif, pemikiran Max Weiber , phenomenology dan hermeneutic.
Meskipun ada beberapa perbedaan di antara teori-teori yang termasuk dalam kelompok ini, namun terdapat dua karakteristik umum. 1) penekanan terhadap peran subyektifitas yang didasarkan pada pengalaman individual. 2) makna atau ”meaning” merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasarpemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu pengalaman, seseorang akan menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia.
Disamping persamaan umun, juga terdapat perbedaan yang mendasar antara teori-teori interpretatif dan teori-teori kritis dalam hal pendekatannya. Pendekatan teori interpretif cenderung menghindarkan sifat-sifat  perpektif dan keputusan-keputusan  absolut tentang fenomena yang adiamati, pengamatan, menurut teori interpretif, hanyalah sesuatu yang bersifat tentatif dan relatif. Sementara teori-teori kritis lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan yang absolut prespektif dan juga politis sifatnya.
Berdasarkan konteks atau tingkatan analisisnya, teori-teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam konteks atau tingkatan sebagai berikut :
a)     Intrapersonal Communication
Adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian disini adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syarat dan indranya. Teori-teori komunikasi intrapersonal umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan dan interpretasi terhadap suatu simbol-simbol yang ditangkap melalui pancaindera
b)   Interpersonal communication
Adalah komunikasi antarperorangan yang bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi merupakan contoh-contoh komunikasi antarpribadi.teori-teori komunikasi antarpribadi umumnya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator
c)    Group communication
Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pda interaksi di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Teori-teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk komunikasi, serta pembuatan keputusan.

d)   Organizational communication
Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut stuktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia , komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi
e)    Mass communication
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek  k omunikasi intrapribadi,  komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan  perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut strukutr media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak serta hasil  komunikasi masa terhadap individu
F. EMPAT PERSPEKTIF DALAM ILMU KOMUNIKASI

            Dilihat dari metode dan logika terdapat 4 (empat ) perspektif yang mendasari pengembangan teori kommuniaksi. Keempat perpektif tersebut adalah
1.   Covering Laws theories
Pada dasarnya pemikiran Covering Laws theories berangkat dari prinsip sebab akibat atau hubungan kausal. Rumusan umum dari prinsip ini antara lain diceerminkan dalam pernyataan-pernyataan hipotesis yang berbunyi : Jika A....................maka B.................... Pemikiran covering laws model ini diperkenalkan oleh Dray. Menurut Dray penjelasan covering laws theories didasarkan pada dua asas. Pertama, bahwa teori berisikan penjelasan-penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum. Kedua, bahwa penjelasan teori berdasarkan analisa keberaturan
Keterbatasan dari perpestif ini antara lain a) keberlakukan prinsip universalitas  bersifat relatif, b). Formula statistik covering laws sulit diterapkan dalam mengamati tingkah laku manusa karena pada dasarnya tingkah laku manusia itu berubah-ubah dan sulit diterka. C) manusia dalam kehidupannya juga terikat oleh ikatan-ikatan kultur spesifik;d) kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks, e) sifat kehidupan manusia bisa berubah-ubah f) analisa covering laws terlalu didasarkan pada perhitungan-perhtungan statistik yang belum tentu sesua dg realita
2.   Rules
Pemikiran rules theori didasarkan prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya. Umpamanya si A mempunyai suatu maksud tertentu ( Y ) dalam upayanya mencapai Y ini, ia akan aktif dan selektif melakukan tindakan tertentu ( X )
          Ciri penting dari rules theori ; 1) aturan (rules) pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia. 2) aturan menunjukkan sifat-sifat keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab akibat
3.   System theories
Secara umum pemikiran pendekatan sistem mempunya empat ciri/sifat pokok yaitu a) sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian, elemen-elemen, unsur-unsur, yang masing-masing mempunyai karakteristiknya sendiri b) sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah. C) sistem hadir sebagai reaksi atas lingkungan, d) sistem merupakan koordinasi dari hierarki
          Kerangka kerja sistempada dasarnya tidak bersifat monolitis, sistem mempunya 3 model yaitu : a) General system theory. b) sybermetics  dan c) struktural fuction
4.   Symbolic interactions
Kerangka pemikiran symbolic interation berasal dari disiplin sosiologi. Terdapat tujuh proposisi umum yang mendasari pemikiran symbolic interactionism
a.    Bahwa tingkah laku dan interaksi antar manusia dilakukan melalui peraturan lambar –lambang yang mengandung arti
b.   Orang menjadi manusiawi setelah berinteraksi dengan orang-orang lainnya
c.    Bahwa masyarakat merupakan himpunan dari orang-orang yang berinteraksi
d.   Bahwa manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya sendiri
e.    Bahwa kesadaran atau proses berpikir seseorang melibatkan proses interaksi dalam dirinya
f.     Bahwa manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan  tindakan-tindakan
g.   Bahwa untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan penelaahan tentang tingkah laku / perbuatan yang tersembunyi

A.  Pokok –Pokok Pikiran George Herbert Mead
Menurut Mead  orang adalah aktor (pelaku dalam masyarakat. Bukan reaktor. Sementara social act (tindakan sosial) merupakan payungnya. Mead juga menuyatakan bahwa tindakan merupakan suatu unit lengkap yang tidak bisa dianalisis menurut bagian-bagiannya secara terpisah. Tindakan sosial mencakup tiga bagian yang saling berkaitan
1.   Individual gesture (gerak isyarat awal) dari seorang individu
2.   Respon (tanggapan) atas gerak isyarat tersebut dari individu-individu lainnya, baik secara nyata ataupun tersembunyi
3.   Asil dari tindakan yang dipersepsikan oleh kedua belah pihak
Menurut Mead masyarakat merupakan hmpunan dari perbuatan-perbuatan kooperatif yang berlangsung di antara para warga/anggotanya namun demikian perbuatan kooperatif ini bukan hanya menyangkut proses fisik-biologis saja, tetapi juga menyangkut aspek psikologis krn melibatkan proses berpikir
Salah satu konsep pokok yang dicetuskan Mead adalah konsep the generalized other. Konsep ini pad ahakekatnya menunjukkan bagaimana seseorang melihat dirinya sebagaimana orang-orang lain melihat dirinya
B.  Pokok –Pokok Pikiran Herbert Blumer
Herbert Blumer adalah pencetus istilah ”symbolic interactionism pikiran-pikiran Blumer antara lain
1.   Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan pemahaman arti dari sesuatu tersebut
2.   Pemahaman arti ini diperoleh melalui interaksi
3.   Pemahaman arti ini juga merupakan hasil proses interpretasi. Dengan demikian meaning atau arti dalam sesuatau,menurut Blumer , merupakan hasil dari proses internal dan eksternal
Blumer seperti halnya Mead, memandang orang  sebagai aktor, bukan reaktor. Tindakan atau aksi sosial menurut Blumer merupakan perluasan dari tindakan-tindakan individu dimana masing-masing individu menyesuaikan tindakannya, sehingga hasilnya merupakan gabungan.
    Dalam pembahasannya Blumer juga mengemukakan aspek-aspek metodologi, kegiatan penyelidikan atau penelitian yang dilakukan umumnya menyangkut enam hal
1.   Peneliti harus memiliki kerangka kerja atau model empiris yang jelas hal ini penting karena penelitian tidak bisa dilakukan dalam tingkatan abstraksi yangtidak bisa diukur dalam realita
2.   Penelliti harus mempunyai pertanyaan-pertanyaan sebgai kerangka permasalah pokok yang akan dikaji
3.   Penelitia harus melakukan pengumpulan data melalui cara-cara yang realistis
4.   Peneliti harus mampu menggali pola-pola dan karakteristik-karakteristik hubungan berdasarkan data yang ada
5.   Peneliti harus membuat interpretasi atas hasil pengumpulan datanya
6.   Peneliti juga mengonseptualisasikan hasil penyelidikannya
C.  Pokok –Pokok Pikiran Manford Kuhn
Secara umum pokok pikiran Manfor Kuhnlebih bersifat mikro dan empiris/kuantitatif. Ada 4 hal yang dikemukakan oleh Kuhn :
1.   Objek sasaran
Obyek sasara bisa mencakup semua aspek realitas, dapat berbebtuk benda, kualitas, peristiwa, atau keadaan
2.   Rencana tindakan
3.   Orientational other
4.   Konsep diri


BAB II
TEORI-TEORI KOMUNIKASI


1. Teori Model Lasswell

Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).


2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi

Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.


3. Teori Informasi atau Matematis

Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.
Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.

Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi

Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.


4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.

5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.


Riset Eksperimen
Riset eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap efek media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka statistik secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi yang berbeda.
Riset eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh Albert Bandura dan rekan-rekannya di Stanford University pada tahun 1965. Mereka meneliti efek kekerasan yang ditimbulkan oleh tayangan sebuah film pendek terhadap anak-anak. Mereka membagi anak-anak tersebut ke dalam tiga kelompok dan menyediakan boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari plastik, di setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi adegan kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat sebentar dan kelompok ketiga tidak melihat sama sekali.
Ternyata setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif dengan melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan bahwa media massa memiliki peran membentuk karakter khalayaknya.
Kelemahan metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil penelitian, karena sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul pertanyaan mengenai tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata (generalizability). Kelemahan ini kemudian sering diusahan untuk diminimalisir dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa mungkin dengan keadaan di dunia nyata atau yang biasa dikenal sebagai ecological validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).

Survey
Metode survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik. Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif dari populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih banyak faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk menonton tayangan kekerasan seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini akan diperjelas dengan contoh berikut.

Riset Ethnografi
Riset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari antropologi yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.



6. Teori Agenda Setting

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.

2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.


8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.


9. Teori The Spiral of Silence

Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.


10. Teori Konstruksi sosial media massa

Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.


11. Teori Difusi Inovasi

Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).

12. Teori Kultivasi


Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.

Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)


Referensi :

* Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.

* Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.

* Buku, jurnal, dan sumber dari internet yang relevan.



BAB III
LINGKUP TEORY KOMUNIKASI

Komunikasi dapat berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi akan berlangsung. Komunikasi berarti proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Lingkup Teori Komunikasi
Teori Komunikasi Kelompok
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan sebagian orang. Sejak lahir, seorang sudah bergabung dengan kelompok primer, yaitu keluarga. Seiring dengan perkembangan usia dan intelektual seorang akan masuk dan terlibat dalam kelompok sekunder, yaitu sekolah, lembaga agama, tempat kerja. Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Melalui kelompok memungkinkan seorang dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan dengan anggota kelompok lain.
Teori Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan tindakan untuk berbagi informasi. Tindakan komunikasi tersebut dalam beragam konteks, salah satunya dalam konteks organisasi. Dalam konteks organisasi, pemahaman–pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, contoh komunikasi antara karyawan dan atasan. Komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi profit maupun nonoprofit.
Teori Komunikasi MassaTeori Komunikasi KelompokTeori Komunikasi OrganisasiTeori Komunikasi Mass
Marshall McLuhan menyatakan bahwa kita hidup pada suatu ‘desa global’. Pernyataan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang didunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Komunikasi massa mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan secara luas kepada publik. Fokus kajian dalam komunikasi massa adalah media massa.
Secara teori, pada satu sisi konsep komunikasi massa mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publuk secara luas. Namun pada sisi lain, komunikasi massa merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience.
Teori Komunikasi Manusia
Teori Model Lasswell
Seorang ahli ilmu politik Amerika Serikat, Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutip banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect).
Pertanyaan-pertanyaan Lasswell meskipun sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena komunikasi massa, namun sangat membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen-komponen dalam proses komunikasi massa, Lasswell sendiri menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi.
Stimulus Respon
Teori stimulus respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah : pesan (stimulus), penerima atau receiver (organism), dan efek (respon). Dalam masyarakat massa, dimana prinsip stimulus-respons mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, dan sejumlah individu itu akan merespons pesan informasi itu.
Komunikasi Dua Tahap dan Pengaruh Antarpribadi
Mengacu pada Sedjaja, teori komunikasi dua tahap dan konsep pendapat memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut : 
Individu tidak terisolasi dari kehidupan social, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial.
Responds dan reaksi terhadap pesan dan media tidak terjadi secara langsung dan segera tetapi melalui perantara dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial.
Ada dua proses yang berlansung, yang pertama mengenai penerimaan dan perhatian, dan yang kedua berkaitan dengan respons dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap pentyampaian informasi.
Individu tidak bersikap sama terhadap pesan media, melainkan memiliki berbagai pesan yang berbeda dalam proses komunikasi.
Individu-individu yang berperan lebih aktif ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar.
Secara garis besar, menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam suatu situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses kedalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks. Dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan lainnya.
Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Teori ini berkaitan dengan teori massa, sasaran dalam pelaksanaannya adalah para petani dan anggota masyarakat pedesaan.
Teori Agenda Setting
Teori ini diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw, asumsi dasar teori ini bahwa jika media member tekana pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi masyarakat atau khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Khalayak tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa arti penting diberikan pada suatu isu atau topic dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Malvin memfokuskan perhatiannya pada kondisi structural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya efek media massa. Teori ini pada dasarnya merupakan suayu pendekatan struktur social yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat modern, dimana media massa dapat dianggap sebagai system informasi yang memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas social.
Pemikiran terpenting dari teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media massa bagi sumber informasi bai pengetahuan tentang, dan orientasi kepada, apa yang terjadi dalam masyarakatnya.
Teori Spiral of Silence
Teori ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan terletak dalam suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubunganya dengan pendapat orang lain dalam masyarakatnya. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan pendapat mayoritas, pengungkapan pendapat pribadi, kecenderungan dalam isi media, dan pendapat para jurnalis.
Teori Information Gaps
Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyarakat karena setiap individu memiliki kemungkinan untuk mengetahui yang terjadi disekelilingnya. Namun, informasi sering kali menghasilkan efek negative, dimana peningkatan pengetahuan pada kelompok tertentu akan menjauh dan meninggalkan kelompok lainnya. Dalam hal seperti ini information gaps akan terjadi dan terus meningkat sehingga menimbulkan jarak antara kelompok social yang satu dengan yang lainnya.
Uses and Gratification
Pendekatan uses and gratification ditunjukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dalam menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu. Pendekatan ini memberikan alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience. Katz menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai uses and gratifications ; Kondisi social psikologis seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan, yang menciptakan harapan-harapan terhadap media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya.
Teori Uses and Effects
Konsep uses (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media yang penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media massa menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi.
Information Seeking
Donohew dan Tipton menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi social tentang kesesuaian sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of realitynya karena informasi itu bias saja membahayakannya.
Konstruksi Sosial Media Massa
Asal mula konstruksi social dari filsafat konstuktivisme, yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis.